Strategi Kemenangan Perang Badar

Assalamualaikum ..

Sahabat Cahaya Qur’an. semoga tetap dilimpahkan kesehatan bagi kita semua. pada kesempatan kali ini admin Cahaya Qur’an ingin Bercerita tentang Bagaimana Strategi Perang Badar ketika dimasa Rasulullah SAW ?.

Tanpa menunggu lama Langsung Saja. ke Cerita lengkapnya…

Seorang lelaki dengan tatapan teduh mendekati Rasulullah SAW. Ada yang ingin diutarakan lelaki itu. Di bawah temaram bulan, dia melangkah. Jarak antara lelaki itu dengan Rasulullah SAW begitu dekat. Dia adalah Habbab bin Al Mundzir ,seorang ahli militer. Habbab berdiri dan memberikan usulan kepada Rasulullah SAW. Saat itu , kaum muslim baru tiba di lapangan Badar yang berada di pinggir lembah.

Strategi Kemenangan Perang badar

“Wahai Rasulullah, apakah tempat ini telah ditentukan Allah dan kita tidak boleh mengubahnya ?

Apakah ini hanya pendapat peperangan atau strategi, ” Tanya Habbab.

“itu adalah pendapat peperangan dan strategi,” jawab Rasulullah SAW.

“jika demikian, tempat ini tidak tepat. Marillah kita pindah ke tempat yang terdekat dengan dengan kaum Quraisy. Lalu , kita bermarkas di situ dan menimbun sumur – sumur dibelakangnya,” usul Habbab.

“Setelah itu , “ lanjut habbab , “ kita buat danau dan kita penuhi dengan air. Lalu, barulah kita memerangi mereka . Cara ini membuat kita bisa minum dan mereka tidak bisa minum.”

“Engkau telah member pendapat yang tepat,” Ujar Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW. Selalu menerima masukan dari para sahabat dengan hati lapang. Dengan begitu , tidak ada seorang pun yang enggan berbicara kepada beliau. Sikap bijaksana , ramah, dan kemuliaan hati Rasulullah SAW. Membuat semua orang merasa nyaman.

Rasulullah SAW. Pun melakukan saran Habbab. Pasukan muslim bergerak pindah. Mereka menuju tempat yang dimaksud Habbab.

Setibanya di sana, mereka membangun sebuah tenda untuk Rasulullah SAW. Sebagai pusat komando. Sa’ad bin Mu’adz memimpin anak muda kaum Ansar. Mereka dipilih sebagai pengawal Rasulullah SAW. Lalu, beliau mempersiapkan pasukan islam. Mereka bergerak mengelilingi tempat yang akan dijadikan medan pertempuran.

Malam telah datang. Rasa lelah mendera pasukan muslim . Mereka diserang Rasa kantuk luar biasa. Hujan deras membuat pasukan tertidur pulas. Mereka tertidur dengan memakai perlengkapan perang dan berada dalam barisan. Lalu , Turunlah Firman Allah SWT.,

 

اِذْ يُغَشِّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لِّيُطَهِّرَكُمْ بِهٖ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْاَقْدَامَۗ

 

“(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk member ketentraman dari-nya dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh pendirian).” (QS. Al Anfal, 8 : 11)

Hujan malam itu membuat kaum musyrik mekah tidak dapat menyerang. Mereka akhirnya tertidur. Keadaan berbeda dirasakan kaum muslim. Hujan yang turun dengan deras terasa seperti gerimis yang mensucikan mereka. Mereka pun siap berperang.

Di kejauhan , dibawah sebatang pohon ,sesosok tubuh berdiri tegak , Sesekali tubuh itu dibungkukkan.

Lalu, kepalanya menyentuh tanah dan bersujud. Setelah itu, tangannya ditengadahkan ke atas, tanda dia sedang memanjatkan Do’a . Angin gurun yang begitu kencang dipadu hujan yang lebat tidak membuatnya tertidur. Serbannya berkibar ditiup angin kencang. Mulutnya bergerak-gerak teratur saat memohon doa kepada Allah SWT. Air mata menetes membasahi pipinya.

Sang pemimpin agung tidak kuasa menahan tangis, Beliau membayangkan perang besar yang akan dilakukan esok. Pertempuran itu pertama kalinya dalam sejarah islam. Perang itu adalah perang antara kekufuran dan keimanan . Dari mulutnya, terucaplah doa tiada henti-hentinya, “ Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini , tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Kecuali jika Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamanya setelah hari ini .”